CYBERSULUT.NET – Obat anti-parasit, ivermectin, ditemukan efektif untuk mengobati varian COVID-19 Omicron dalam uji coba fase ketiga di Jepang.
Menurut perusahaan perdagangan dan farmasi Jepang, Kowa Co Ltd, uji coba itu menemukan ivermectin memiliki efek antivirus terhadap varian Omicron, seperti dilansir Antara, Senin (31/1/2022). Perusahaan itu bekerja sama dengan Universitas Kitasato, universitas kedokteran di Tokyo.
Uji coba klinis untuk mengevaluasi obat itu, yang digunakan untuk mengobati parasit pada hewan dan manusia, sedang berlangsung tetapi promosi terhadap obat itu sebagai pengobatan COVID-19 menimbulkan kontroversi.
Obat ini tidak disetujui untuk mengobati COVID-19 di Jepang dan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sudah berulang kali memperingatkan terkait penggunaannya.
Pemerintah telah mengonfirmasi adanya tiga kasus kematian akibat varian baru Covid-19, Omicron. Menurut vaksinolog, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, dari tiga korban itu, yang belum divaksinasi hanya satu orang.
“Tapi, ketiganya mempunyai komorbid,” jelas dr. Dirga, melalui Virtual Class Liputan6.com bertajuk “Omicron Unjuk Gigi, Seberapa Parah Efek yang Ditimbulkan?”, Jumat (28/01/2022).
Kabar kasus kematian tersebut membuat masyarakat beranggapan vaksin tidak ada manfaatnya jika tetap terinfeksi Omicron. Menanggapi pendapat masyarakat, dr. Dirga menegaskan vaksinasi masih sangat efektif dalam mencegah gejala (varian) Covid-19 yang berat termasuk Omicron.
Ia juga membandingkan orang yang sudah divaksinasi dan belum divaksinasi. Vaksinasi memang tidak mencegah infeksi penularan Covid-19, tetapi jika terinfeksi pun, risiko gejala-gejala berat hingga kematian sangat rendah dibanding yang belum divaksinasi.
Berdasarkan penelitian yang ada, dr. Dirga menjabarkan efektivitas dua dosis vaksin mencapai 44%-57% dalam mencegah gejala varian-varian Covid-19 yang berat. Angka efektivitas tersebut mampu mencapai 83%-90% jika telah mendapat vaksin booster atau dosis ketiga.
Lebih lanjut, dr. Dirga menjelaskan efektivitas vaksinasi akan lebih tinggi jika dosis ketiganya berasal dari merek vaksin berbeda.
“(Dosis) satu dan dua Sinovac, ketiga Pfizer atau Astrazeneca. Penelitian menunjukkan dengan heterolog atau beda merek ternyata antibodinya lebih tinggi,” ujar dr. Dirga.
Maka dari itu, pemerintah menggalakkan vaksin booster bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama yang telah memiliki e-ticket penerimaan vaksin booster. Hal ini guna mencegah gelombang kasus varian Omicron yang diprediksi memuncak pada Februari.
Namun, ia juga menekankan varian Omicron ini lebih cepat menular, bahkan hampir tiga kali lipat. Diimbau masyarakat untuk tidak lengah dalam penerapan protokol kesehatan, karena mampu berimbas pada kapasitas rumah sakit yang berpotensi penuh, hingga kolaps.
Sumber : Liputan6.com