CYBERSULUT.NET-Sulawesi Utara (Sulut) yang dikenal dengan sebutan daerah Nyiur Melambai karena merujuk pada banyaknya pohon kelapa dan menghasilkan komoditi kopra yang banyak kini mulai memiriskan, karena anjloknya harga kopra.
Pasalnya, sebagaimana dalam status pemilik akun facebook, Rafli Likuajang New, sempat menyinggung soal tidak adanya langkah pemerintah Sulut terkait anjloknya harga kopra yang turun sekitar Rp600 ribu per seratus kilogram untuk harga beli di tingkat petani. Sedangkan sebelumnya berada di kisaran Rp1 juta untuk 100 kg.
“Sangat memalukan, kalau pemprov Sulut tak ada penyelesaian soal harga kopra,” urainya dalam tulisan status facebook itu.
Mengacu dari hal tersebut, legislator DPRD Sulut yang duduk di Komisi II yang membidangi langsung masalah perekonomian, Rocky Wowor menyikapi hal tersebut dengan menilai, menukiknya harga komoditas unggulan di daerah Nyiur Melambai ini karena sesuai kondisi pasaran dunia.
“Harga kopra turun itu mengikuti pasar dunia, jadi kalau harga dunia turun maka kita (Sulut, red) pun turun. Hukum dagangnya sudah seperti itu. Ini bukan diatur-atur Pemerintah Provinsi (Pemprov),” ungkap politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.
Wakil rakyat dapil BMR ini berujar, persoalan ini tidak harus diselesaikan dengan cara melakukan lobi pemerintah namun dalam pasaran dunia harga kopra sedang bermasalah.
“Mungkin produksinya terlalu banyak karena kopra kan bukan hanya dimiliki Sulut tapi juga ada di daerah-daerah lain di Indonesia, seperti di Ambon. Jadi yang mengalami masalah turunnya kopra, bukan cuma kita di Sulut ini tapi di seluruh dunia,” ucap Sekretaris Komisi II DPRD Sulut ini.
Editor: Anggawirya Mega