CYBERSULUT.NET – Balai Arkeologi (Balar) sebagai lembaga penelitian selama ini menghasilkan produk berupa hasil penelitian arkeologi yang dimanfaatkan sebagai bahan informasi pendidikan dan penguatan jati diri bangsa.
Namun demikian, hasil penelitian tersebut juga dituntut menjawab kebutuhan langsung masyarakat terutama dalam peningkatan ekonomi dan kehidupan sehari-hari.
Kepala Balai Arkeologi Sulawesi Utara (Sulut) Wuri Handoko mengatakan bahwa sumber daya arkeologi sebagai warisan budaya merupakan aset yang tak ternilai harganya.
Namun masyarakat seharusnya diberikan akses seluas-luasnya sehingga azas manfaat dari sumber daya arkeologi tersebut juga dapat dirasakan secara optimal oleh masyarakat
Dalam kerangka demikian, diperlukan inovasi dan kreativitas dari lembaga Balar, untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama dalam peningkatan ekonomi masyarakat.
“Gagasan yang kami tuangkan dalam proyek perubahan adalah merancang inovasi pendayagunaan atau pemanfaatan hasil-hasil penelitian arkeologi yang dapat memenuhi kepentingan masyarakat secara langsung yakni pengembangan industri kreatif yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat,” ujar Wuri Handoko, Rabu (27/11/2019)
Tujuan inovasi program, pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan daya guna atau manfaat hasil penelitian, tidak saja sebagai sarana untuk memperoleh manfaat akademik (nilai penting ilmu pengetahuan), tetapi juga memperoleh manfaat secara ekonomis.
Oleh karena itu, tujuan inovasi program arkeologi adalah memberikan pemahaman bahwa hasil penelitian arkeologi juga dapat dimanfaatkan atau didayagunakan untuk pengembangan industri kreatif.
Sebagai contoh pendayagunaan situs Waruga (peti kubur prasejarah) melalui pengembangan industri kreatif batik. Hal ini karena banyaknya dan kayanya ragam hias yang melekat pada Waruga dapat dikembangkan untuk desain motif batik Khas Minahasa, dengan brand Batik Waruga.
“Program ini untuk mensosialisasikan manfaat penting hasil penelitian Situs Waruga untuk pengembagan industri kreatif batik,” kata Wuri.
Balai Arkeologi Sulut juga akan menyusun pedoman pelaksanaan inovasi pendayagunaan hasil penelitian Situs Waruga untuk pengembangan industri kreatif Batik.
Selain itu, agar berkelanjutan, Balai Arkeologi juga mendorong instansi terkait untuk menumbuhkan komunitas-komunitas kreatif yang lahir dari masyarakat dan generasi muda di sekitar situs Waruga.
Selain mengembangkan brand Batik Waruga, diharapkan juga tumbuh industri-industri kreatif lainnya sebagai hasil inovasi pendayagunaan situs Waruga, baik industri seni kriya, arsitektur, desain grafis dan sebagainya.
Untuk kalangan siswa, Balai Arkeologi mendorong adanya kelas-kelas inovasi, tujuannya meberikan materi sosialisasi hasil penelitian arkeologi, sekaligus memberikan pembekalan dan pengenalan ketrampilan untuk ide kratifitas siswa dalam menumbuhkan industri kreatif.
“Misalnya pembekalan untuk membuat desain motif batik Waruga, selain mengenal nilai-nilai budaya Waruga, juga dapat membuat desain motif batik,” tutur Wuri