CYBERSULUT.NET – Cara kerja Melky Pangemanan sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Utara, diapresiasi salah satu akademisi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Ronny Gosal.
Menurut Gosal, jika ada 20 legislator Sulut seperti Melky Pangemanan yang baru sebulan kerja namun jelas terlihat kinerjanya, maka kualitas DPRD Sulut akan sangat diperhitungkan di tingkat lokal bahkan juga nasional.
“Apalagi kalau 45 anggota ini melakukan kinerja dan menyerap aspirasi seperti yang dilaksanakan Melky Pangemanan. Saya kebetulan guru yang sering memberi nilai, kalau bisa menilai dalam sebulan ini, dari 45 anggota DPRD Sulut, Melky yang mendapat nilai A. Saya bisa mempertanggung jawabkan ini di dunia dan akhirat,” kata Wakil Rektor Unsrat ini dalam kegiatan Kopi Darat (Kopdar) bersama sejumlah kalangan praktisi dan aktivis di DPRD Sulut, Selasa (22/10/2019).
Lanjut Gosal, jika cara kerja 45 anggota DPRD Sulut seperti yang diterapkan Melky Pangemanan, maka tidak ada lagi kesan 5D (Datang, Duduk, Dengar, Diam, Duit) tentang anggota DPRD.
“DPR harus bicara bukan diam, dua kali saya hadir disini ada yang diam. Periode lalu banyak yang diam. Ini dipilih rakyat untuk bicara tentang kebutuhan dan aspirasi rakyat. Tapi kalau diam ngapain jadi DPR, cepat-cepat saja diPAW,” tegas Gosal.
“Tolong teman pers buat penilaian, mana anggota DPR yang masih layak. Kalau memang kerja tak bisa dipertanggung-jawabkan, satu tahun tak bisa ngomong dan tak ada isi, ngapain harus dipertahankan,” tukasnya.
Sebelumnya dalam Kopdar tersebut, anggota DPRD Sulut Melky Pangemanan mengungkapkan hasil kerjanya pasca dilantik terkait hasil serapan aspirasi.
“Sejak dilantik 9 September 2019 saya memiliki komitmen untuk masuk kantor setiap hari. Padahal tidak ada keharusan bagi anggota DPRD untuk hadir langsung di kantor. Dan saya membuka ruang untuk penyampaian aspirasi di ruangan saya dari pukul 09.00 sampai 11.00,” ujar Melky Pangemanan.
Menurut Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Sulut ini, cara kerjanya seperti itu mengacu dari survei lembaga kredibel, dimana DPR adalah lembaga yang paling tidak dipercaya publik.
“Mulai dari anggota DPR malas masuk kantor, jarang bicara, serap aspirasi masyarakat dan sebagainya. Cara berpikir ilmiah saya, menuntut kreatifitas untuk mengatur cara kerja. Pagi di kantor, menjelang siang turun ke masyarakat menyerap aspirasi, lalu mengidentifikasi laporan yang masuk tersebut untuk ditindaklanjuti. Setidaknya setiap hari saya menjaring tiga aspirasi masyarakat,” ungkap Melky.
Tampak hadir dalam Kpodar tersebut, David Legi, Taufik Tumbelaka, Allan Berty Lumempouw, Piet Pusung, Vivi George dan Allan Umboh dan sejumlah kalangan praktisi lainnya.
Christy Lompoliuw