CYBERSULUT.NET – Belum habis penderitaan para pencari suaka di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado akibat dihentikannya bantuan oleh PBB, Rabu (13/02/2019) kemarin kenyataan lebih pahit harus mereka terima karena kepergian keluarga mereka Sajad (24) di RS Prof Kandouw sekitar pukul 14.50 WITA akibat luka bakar yang menggerogoti dirinya setelah melakukan upaya bakar diri.
Bukan tanpa sebab, pemuda asal Afganistan lulusan Teknik Unsrat itu telah membakar dirinya sebagai aksi protes terhadap putusan UNHCR yang telah menutup kasus mereka. Aksi bakar diri tersebut bukan satu-satunya yang dilakukan para manusia yang sejatinya ingin menikmati kehidupan di Indonesia. Sebelumnya, aksi mogok makan dilakukan mereka sebagai bentuk serupa yang berakibat ditumahsakitkannya 2 warga Rudenim lainnya.
Kepala Rudenim Manado, Arthur L Mawikere membenarkan peristiwa tersebut. “Iya, deteni yang bakar diri namanya Sajad. Pemakamannya besok dan telah dikoordinasi dengan pak imam di mesjid daerah bagian Malendeng. Dan, untuk biaya semuanya ditanggung Rudenim,” kata Mawikere, kemarin.
Lanjut Mawikere juga menyampaikan turut berduka, baik katanya secara pribadi mau pun institusional. “Saya pribadi dan institusi menyampaikan turut berbela sungkawa atas meninggalnya Sajad,” imbuhnya.
Senada, Kepala Tata Usaha Rudenim, Muhhamad Suma menjelaskan bahwa sejauh ini pemerintah cukup bertabggung jawab. Bahkan, menurut Suma, sejak peristiwa korban membakar diri pemerintah telah menangung semua pembiayaan. “Kami tanggung jawab, perawatan selama satu minggu juga kami yang tanggung jawab. Demikian juga pemakanam besok (red hari ini) kami sudah siapkan temlat pemakaman,” kata Suma.
Dia pun menjelaskan, jenazah akan dikubur di Manado. “Iya, pihak imigrasi sediakan kubur di pekuburan Perkambil di dekat Mesjid Sis Al Jufri, Perkamil, jam 10 pagi,” tukasnya seraya menambahkan bahwa itu semua imigrasi yang siapkan.
Kemudian, Wakil Dekan III Fakultas Teknik (Fatek) Unsrat, Markus Umboh mengungkapkan bahwa Sajad merupakan anggota Badan Tadzkir (BT) Fatek. Karena menurutnya, sejak 2013 almarhum kuliah di Fatek. “Dia anggota BT angkatan 2013. Selama di bidang III tidak ada informasi kasus. Dia sudah wisudah sejak November tahun lalu,” jelasnya.
Menurutnya, almarhum adalah orang baik. Dan, bahkan aktivitas selama di kampus seperti mahasiswa pada umumnya. “Setahu saya dia tidak ada perlakuan khusus. Sama seperti biasa. Dia mahasiswa Prodi Informatika,” kuncinya.
Sementara itu, Ketua Cabang Himpunan Mahasiwa Islam (HMI) Manado, Iman Karim mengungkapkan turut berduka. Karena kata Iman, merupakan kader aktif di HMI Manado yang mengikuti pengkaderan sejak tahun 2016 di Fatek. “Jadi HMI Manado memiliki 10 komisariat dan salah satunya Fatek. Dan dia juga merupakan aktivis HMI,” urainya.
Lanjut Iman, pihak HMI juga memintah agar pemerintah bisa memberikan dispensasi bagi keluarga korban dalam hal beraktivitas. “Kami sampai saat ini menuntut agar pihak imigrasi memberikan kebebasan untuk sementara pihak keluarga beraktivitas normal,” terangnya.
Dia pun menjelaskan bahwa, HMI akan mengambil langkah – langkah ke depan, karena menurut Iman, ini masalah kemanusian. “Langkah selanjutnya kita akan upayakan berkoirdinasi dengan pihak pememiranh sebagai mitra. Biar UNHCR dan IOM untuk berkoordinasi dengan pihak keluarga agar status mereka kembali ditanggani oleh oihak UNHCR seperti sebelumnya,” bebernya seraya menambahkan, namun hal-hal teknis kami sudah ambil alih, seperti memandikan jenazah dan mengkafani jenazah. (*)
Penulis : M Anggawirya