Pedagang Bendera Mulai Marak

CYBERSULUT.NET- Jelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 pada 17 Agustus 2018, pedagang bendera mulai menjamur.

Pantuan Portal Mongondow, Rabu (01/8/2018) sejumlah ruas jalan di Kotamobagu mulai tampak pedagang musiman yang berjualan beranekaragam model bendera dan umbul-umbul.

Seperti yang terpantau di Jalan Mayjen Soetoyo, Jalan Adampe Dolot, Jalan Ade Irma, Jalan Paloko Kinalang, serta beberapa tempat lain.

Mereka pada umumnya berjualan diatas trotoar. Dengan memanfaatkan pohon pelindung jalan yang ada di pinggir jalan, pedagang membentang beragam jenis dan model serta ukuran bendara.

Bahkan tidak hanya bendera merah putih yang biasa dipasang di tiang. Sejumlah pedagang juga menjajakan bendera yang dipasang di kendaraan roda empat, dua hingga kendaraan becak motor (Bentor).

Menurut salah seorang pedagang bendera di Jalan Mayjen Soetoyo, harga bendera yang mereka jual berfasriasi. Mulai dari yang paling murah, Rp15ribu hingga yang paling mahal Rp150 ribu.

“Kalau bendera kecil yang biasa dipasang di mobil atau sepeda motor itu harganya murah. Tapi kalau yang ukuran sedang dan besar itu harganya ada yang Rp50 ribu, Rp75 ribu hingga Rp100 ribu,” ujar Neneng Kartini.

Menurut perempuan asal Garut, Jawa Barat ini, penjualan bendera tahun ini mengalami penurunan.

“Berbeda dengan tahun-tahun kemarin. Pembeli sangat kurang, padahal waktu tahun lalu, satu bulan sebelum Agustus, pembeli sangat banyak,” ujarnya.

“Omset yang didapat dalam kurun waktu dua minggu ini, hanya berkisar 7 jutaan. Kalau tahun lalu bisa capai 10 hingga 15 juta,” tambahnya.

Menurutnya, pembeli didominasi oleh perkantoran di Kotamobagu. Tak hanya itu, kebanyakan pembeli juga berasal dari daerah lain di Bolmong Raya.

“Kalau kantor-kantor, mereka beli dalam jumlah yang banyak. Ada yang kendaraan dari luar daerah juga yang tiap tahunnya sudah menjadi langganan,” katanya.

Untuk bahan baku, dirinya serta sejumlah pedagang lain, didapatkan dari distributor atau rumah produksi bendera dari pulau Jawa.

“Kami hanya pesan di Jawa dan dijual di Kotamobagu. Desain hingga ukuran pun sudah diproduksi dari Jawa, kami hanya menjualnya dan berbagi komisi. Kalau dibeli bahan baku, harganya mahal,” tutupnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *