CYBERSULUT.NET – Sebelum gencatan senjata disepakati, banyak masyarakat Palestina khususnya warga Gaza yang tewas akibat serangan Israel. Kementerian Kesehatan Gaza seperti dilansir kantor berita AFP, hingga Jumat (21/5/2021), menyebutkan, jumlah warga Gaza yang tewas akibat gempuran Israel telah bertambah menjadi 232 orang.
Palestina dan Israel berada di wilayah antara Laut Mediterania dan Sungai Jordan. Wilayah yang diberi label Israel ini dalam peta memiliki kota Yerusalem yang dianggap suci oleh bangsa Arab Palestina maupun Yahudi Israel.
Sejarah Israel menyerang Palestina bisa dilihat pada tahun 1900-an, saat wilayah yang sebagian besar Arab dan Muslim masih menjadi bagian dari kekaisar Ottoman.
Setelah Perang Dunia I Inggris mendapat mandat dari Liga Bangsa-Bangsa untuk membantu mendirikan negara bagi orang-orang Yahudi di wilayah tersebut.
Ratusan ribu orang Yahudi pindah ke daerah tersebut sebagai gerakan zionisme. Zionisme sendiri adalah melarikan diri dari penganiayaan dan mendirikan negara sendiri di tanah yang dianggap sebagai tanah leluhur diusir secara paksa.
Di tahun 1947, PBB menyetujui rencana membagi Palestina menjadi dua wilayah yaitu untuk orang Yahudi (Israel) dan untuk orang Arab (Palestina). Namun Yerusalem yang menjadi kota suci bagi keduanya menjadi zona internasional khusus. Namun hal tersebut tidak pernah terlaksana.
Secara singkat berikut sejarah dan awal mula konflik Israel dan Palestina:
1. Awal terbentuk Israel
Negara Israel berdiri sekitar tahun 1948. Saat itu warga Palestina tidak menyetujui adanya pembentukan negara Israel sampai terjadi perang.
Setelah perang berakhir, Israel ternyata sudah menguasai sebagian wilayah bekas kekuasaan Inggris termasuk Yerusalem. Sedangkan Mesir menguasai Gaza.
2. Wilayah Gaza jadi rebutan
Konflik kedua negara belum berakhir. Di tahun 1967, Israel kembali merebut jalur Gaza dan kawasan Sinai hingga Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari Yordania.
Perebutan wilayah ini berefek kepada peperangan dan menjadi alasan Israel menyerang kembali Palestina. Israel menawarkan diri untuk mengembalikan wilayah yang sudah mereka rebut itu dengan imbalan, Arab harus mengakui hak Israel untuk hidup dan memberikan jaminan atas serangan di masa depan. Namun, tawaran itu ditolak oleh pimpinan Arab.
3. Gedung Putih pro Israel
Sejak tahun 2017, Presiden AS saat itu, Donald Trump menunjukkan dirinya pro Israel. Hal ini semakin terlihat ketika kedutaan AS di Tel Aviv dipindahkan ke Yerusalem. Dan diketahui Presiden AS yang sekarang yaitu Joe Biden, diam-diam menjual senjata berupa bom senilai Rp 10 triliun kepada Israel.
4. Konflik terbaru Israel dan Palestina
Pada Mei 2021 terjadi penyerangan oleh Israel di area kompleks masjid Al-Aqsa. Dan pada hari Senin (17/5), sejumlah jet tempur Israel menyerang beberapa lokasi di Gaza City.
Alasan Israel menyerang Palestina dilakukan usai Netanyahu mengisyaratkan bahwa perang keempat dengan Hamas, yang menguasai Gaza, akan terus berlanjut. Bahkan kantor berita seperti Al Jazeera dan Associated Press diserang.
Gencatan senjata pada akhirnya menjadi sebuah jalan yang kini disepakati Israel dan Hamas setelah terjadi pertempuran berdarah selama 11 hari.
Menurut Hamas, gencatan senjata mulai berlaku pada Jumat (21/5) pukul 02.00 waktu setempat. Sementara dari pihak Israel melalui Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengkonfirmasi gencatan senjata dengan Hamas yang telah menguasai Gaza. Netanyahu menerima usulan gencatan senjata yang ditawarkan Mesir.
Israel dan Palestina menyepakati gencatan senjata usai berhari-hari melakukan aksi saling serang. Namun, tak lama setelahnya polisi Israel kembali menggempur Palestina.
Sebagaimana diketahui, bentrokan terjadi di Masjid Al-Aqsa selama bulan suci Ramadhan membuat kelompok Hamas, menuntut pasukan Israel mengosongkan kompleks tersebut pada Senin (10/5).
Sumber : detik.com