Margareta Mais, Sarjana Sains dari Hasil Kopra

Margareta Mais didampingi kedua figur orang tuanya dalam acara wisudah

PENDIDIKAN di Indonesia cenderung mahal. Olehnya itu, pernyataan pesimistis pun ikut terus menghantui kalangan masyarakat kelas bawah : tani, nelayan, buruh, serta pedagan kaki lima. Dan, bahkan masyarakat seakan telah terstigma bahwa orang miskin dilarang sekolah. Sebab, mereka selain tak punya cukup finansial untuk membiayai pendidikan. Pun, telah ditakdirkan terus menjadi ‘miskin’.

Margareta Mais adalah anak kedua dari Simon Mais dan Mariam Sihima yang tidak sama sekali meyakini asumsi yang telah dijabarkan di atas. Karena, meskipun dirinya cukup tertatih. Namun, Mahasiswa asal Desa Buo, Kecamatan Loloda (Malut) tetap gigih dalam berjuang menyelesaikan studi. Dan, bahkan Marga bisa membawa pulang Sarjana Sains (S Si).

“Perasaan sangat bersyukur karena bisa sampai di titik ini dengan hasil yang penuh perjuangn, air mata. Tapi, puji Tuhan bisa berhasil,” ujar Margareta.

Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F MIPA) Unsrat Manado berhasil menggapai sarjana dari hasil petani kopra. Putri yang lahir dan besar dari keluarga petani kopra memang tak mereduksi semangat untuk tetap berjuang. Paling tidak, ini menjadi fakta bahwa tentunya perjuangan selama berstudi di salah satu kampus terbaik di Bumi Nyiur Melambai ini berhasil membawa pulang sarjana.

“Bersyukur. Karena, meskipun saya anak tani tapi bisa membanggakan orang tua. Dan, bagi saya mereka berdua (red Papa Mama) adalah orang hebat,” katanya.

Tak hanya itu, gadis ‘kampung’ berparas cantik jelita ini yang lahir pada tanggal 28 Maret 1993 memiliki banyak harapan. Satu diantara misalnya, bagi Marga sapaan akrabnya itu, berusaha untuk menjadi yang terbaik. “Harapan kedepan bisa menjadi pribadi yang berguna ketika berada di mana saja. Terlebih khusus di dunia pekerjaan. Agar bisa mengabdikan diri bagi bangsa dan negara,” cetusnya dengan senyuman ‘andalannya’ karena telah memberikan kebanggaan bagi keluarganya.

Dirinya berpesan terhadap mereka yang masih ‘bergumul’ menyelesaikan studi dan, bahkan ada yang baru memulai aktivitas di bangku pendidikan tinggi agar terus kokoh. Serta, tidak mudah menyerah. Karena, sejatinya hidup itu berjalan sangat dinamis. Olehnya itu, perlu banyak cara untuk terus maju menggapai setiap impian. Dan, tentunya masing – masing dari kita memiliki ‘versi’ tersendiri untuk membuat pribadi dan keluarga merasakan bahagia.

“Berjuang untuk mendapatkan sebuah keberhasilan adalah keharusan. Jangan mudah menyerah,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *