CYBERSULUT.NET – Mungkin banyak yang belum tahu perisitiwa 4 April 1961 silam. Dimana pergolakan Perdjuangan Rakjat Semesta disingkat (Permesta) yang lahir dari
klimaks kegelisahan militer dan rakyat Sulawesi Tengah dan Utara, terkait kesejahteraan tentara dan juga pembangunan yang dianggap sebelah mata oleh pemerintah,
akhirnya bisa sepakat menandatangani pernyataan dan naskah penyelesaian masalah Permesta.
Namun, dibalik bergolaknya Permesta hingga disepakati pernyataan tersebut tidak lepas dari sosok Putra Daerah F.J Tumbelaka yang pada 21 November 1959 yang dianggap
perlu berangkat ke Manado, dimana akhirnya pada 5 Januari 1960 F.J Tumbelaka akhirnya memang harus berangkat ke Manado.
Pada 25 Mei 1960, secara mendadak FJ ‘Broer’ Tumbelaka dilantik menjadi Wakil Gubernur Sulawesi Utara Tengah dengan Tugas Khusus di Bidang Keamanan.
Selanjutnya FJ. Tumbelaka melakukan pertemuan sangat rahasia ke-2 di Popareng, Teluk Amurang, sekarang Minahasa Selatan dengan tokoh permesta DJ Somba, Abe Mantiri dan
Wim Tenges.
Hingga akhirnya Tanggal 4 April 1961 terjadi pertemuan yang dijembatani oleh Wakil Gubernur Sulawesi Utara-Tengah, FJ ‘Broer’ Tumbelaka, antara Pangdam XIII Merdeka,
BrigJend Soenandar Prijosoedarmo dengan tokoh besar permesta DJ Somba bertempat diantara Lopana-Malenos, Minahasa Selatan.
Setelah itu dirangkaikan dengan Kedatangan Jenderal paling senior dari TNI-AD, Mayor Jenderal Hidayat guna menerima tokoh besar permesta AE Kawilarang di Upacara
Militer pada 14 April 1961 di Woloan, sekarang Tomohon.
Selanjutnya pada 11 Mei 1961, MKN/Kasad Jenderal AH Nasution tiba di Manado. Keesokan harinya 12 Mei 1961 FJ ‘Broer’ Tumbelaka mempertemukan secara khusus Jenderal AH
Nasution yang didampingi Pangdam XIII Merdeka dan Wagub Sulutteng FJ Tumbelaka dengan Tokoh Besar Permesta AE Kawilarang di Tomohon pada 12 Mei 1961.
Setelah pertemuan itu Jenderal AH Nasution melanjutkan perjalanan ke Papakelan – Tondano, Minahasa guna menjadi Inspektur Upacara Penerimaan Pasukan Permesta
bersenjata lengkap dalam suatu upacara militer.
Dibalik cerita dimana andil sosok Broer F.J Tumbelaka berhasil menyatukan kembali NKRI yang sempat terpecah dengan aksi Permesta, tertinggal pesan untuk generasi masa
depan.
Hal tersebut terungkap dalam diskusi “Mengenang Pergolakan Permesta” yang dilaksanakan di eks rumah kediaman F.J Tumbelaka atau saat ini telah menjadi Every Day Cafe, Rabu (4/4/2018).
“Intinya beliau (F.J Tumbelaka) meninggalkan pesan, agar pergolakan seperti (Permesta) tidak terjadi lagi di Sulut terlebih di Indonesia,” ungkap Putra dari F.J Tumbelaka, Taufik Manuel Tumbelaka kepada CYBERSULUT.NET
“Untuk situasi kekinian, bagaimana kedamaian dalam keragaman bisa terus terjaga. Jangan sampai isu “sentiment primordial” menjadi pemecah kembali Sulut atau bangsa
Indonesia, karena fakta sejarah konflik sesama orang Sulut sudah dibuktikan Broer Tumbelaka dimana hanya sesama orang Sulut yang bisa menyelesaikannya,” sambung
Taufik.
“Pesan dari F.J Tumbelaka yang sempat diarsipkan beliau dalam album “Kembalinya Permesta Kepangkuan Ibu Pertiwi” akan kita angkat kembali, sehingga masyarakat bisa
tahu sebenarnya sejarah dari penyelesaian pergolakan Permesta,” pungkas Taufik.