CYBERSULUT.NET – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan kembali menyerukan agar dilakukan investigasi penuh atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Dia juga kembali mengecam Amerika Serikat (AS) karena tidak mengambil sikap yang lebih keras terhadap Arab Saudi dalam kasus ini. Erdogan juga meminta jawaban dari Arab Saudi atas kelanjutan kasus pembunuhan Khashoggi yang terjadi di Konsulat Arab Saudi di Istanbul awal Oktober 2018.
“Saya tidak memahami kebungkaman Amerika ketika serangan mematikan itu terjadi, dan bahkan setelah anggota CIA mendengar rekaman yang kami berikan,” kata Erdogan saat diwawancara stasiun radio nasional, TRT pada Senin (4/2) sebagaimana dilansir dari Al Jazeera, Selasa (5/2).
“Kami ingin semuanya dijelaskan karena ada kekejaman, ada pembunuhan,” ujarnya seraya menambahkan pembunuhan itu bukan hal wajar.
Erdogan sejak lama bersikeras bahwa perintah pembunuhan Khashoggi di konsulat jenderal di Istanbul itu atas perintah petinggi teratas pemerintah Arab Saudi. Dalam wawancara itu, Erdogan menyampaikan pembunuhan Khashoggi direncanakan 22 orang, 15 orang yang datang ke Istanbul menggunakan dua pesawat dan mengunjungi konsulat di hari terjadinya pembunuhan.
“Ketika mereka (Arab Saudi) menyampaikan, ’22 orang ditangkap saat ini’. Meskipun demikian, kami memiliki beberapa informasi. Beberapa dari mereka mungkin telah diambil. Mereka mungkin menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Karena sistem di sana bekerja sangat aneh,” kata dia.
Bulan lalu, pengadilan dimulai di Riyadh terhadap 11 terdakwa pembunuhan, termasuk lima orang terancam hukuman mati. Namun beberapa kelompok hak asasi dan pengamat internasional menilai mereka tak dapat dipercaya.
Pernyataan Erdogan ini disampaikan setelah kunjungan Agnes Callamard, pelapor khusus PBB untuk eksekusi di luar pengadilan. Agnes melakukan perjalanan selama seminggu ke Turki untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa seputar pembunuhan Khashoggi empat bulan lalu. Agnes Callamard telah mendengar rekaman audio mengerikan saat-saat terakhir Khashoggi akan dibunuh. Rekaman ini juga diberikan Turki kepada Direktur CIA Gina Haspel, Jerman, Prancis, dan Inggris.
Khashoggi merupakan kolumnis The Washington Post. Melalui tulisan-tulisannya, ia kerap mengkritik Putra Mahkota Muhammad bin Salman (MBS). Agen Intelijen AS dilaporkan telah menyimpulkan bahwa MBS memerintahkan pembunuhan Khashoggi. Namun, Presiden AS Donald Trump berulang kali menegaskan tak ada bukti sementara keterlibatan MBS dalam kasus tersebut. Kerajaan Arab Saudi pun membantah tudingan keterlibatan MBS dan mengklaim MBS tak mengetahui peristiwa tersebut.
Sumber : merdeka.com