CYBERSULUT.NET – Dalam mencapai proses peningkatan tugas dan fungsi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Indonesia, muncul gagasan berupa sebuah media (arkeologi) yang dapat menampung
semua kebutuhan informasi publik tentang hasil penelitian dan Pengembangan arkeologi di Indonesia, berupa “Rumah Peradaban” yang sudah dimulai sejak 2016.
Kegiatan ini menjadi bagian program kerja Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan sepuluh Balai Arkeologi yang ada di Indonesia hingga saat ini.
Rumah Peradaban itu sendiri dipresentasikan lebih pada upaya untuk memasyarakatkan hasil penelitian arkeologi secara tepat kepada masyarakat.
Bentuk dari program ini tidak hanya berupa fisik namun juga diarahkan pada media informasi agar masyarakat dapat memahami nilai budaya dan peradaban Ieluhurnya dengan baik sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan pembangunan karakter sebagai penguat identitas bangsa yang berbudaya dan berbudi Iuhur.
Esensi dan semangat program Rumah Peradaban diwakili oleh sebuah rangkaian slogan, yaitu “menggali, memaknai, dan mencintai” beriringan dengan semangat pemerintah dalam mendorong revolusi mental bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dalam menghadapi perubahan-perubahan global pada banyak segi kehidupan.
Upaya untuk memasyarakatkan hasil penelitian arkeologi secara tepat menyentuh Iangsung kepada masyarakat umum. Jadi Rumah Peradaban diharapkan bisa menjadi sentral informasi, dimana pengetahuan tentang kebudayaan suatu daerah dapat dicari, diketahui, dan dipelajari.
Diharapkan dengan adanya Rumah Peradaban ini, masyarakat (secara global) dapat memaknai dan mencintai tinggalan budaya masa lalu yang ada dalam situs, sehingga dapat membangun generasi penerus yang berkarakter, dan memiliki jati diri yang kokoh dan kuat.
Sebagai sebuah Iembaga penelitian yang mengemban tugas untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan arkeologi, Balai Arkeologi Sulawesi Utara ikut berkewajiban untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya kepada masyarakat.
Penelitian arkeologi yang telah dilakukan oleh Balai Arkeologi Sulawesi Utara selama kurun waktu hampir dua puluh Iima tahun di wilayah kerjanya telah menghasilkan sejumlah data dan informasi tentang budaya masa lalu yang pernah hadir di wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah.
Untuk itu dalam upaya memasyarakatkan hasil-hasil penelitiannya selama ini, Balai Arkeologi SuIawesi Utara pada tahun 2019 ini kembali akan mempresentasikan Rumah Peradaban Balai Arkeologi Sulawesi Utara 2019 dengan tema “Aktualisasi Arkeologi untuk Pendidikan dan Inovasi” yang dilaksanakan di dua lokasi, Sulawesi Utara dan Sulawesi tengah.
Hadirnya Rumah Peradaban ini diharapkan dapat menjadi media interaksi antara masyarakat atau komunitas tertentu, sehingga budaya peradaban masa lalu tetap hidup untuk menguatkan pembangunan karakter masyarakat di wilayah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah secara umum, terutama untuk generasi muda di daerah ini.
Kegiatan Rumah Peradaban Sulawesi Utara akan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang dapat mengedukasi masyarakat, terutama untuk peserta didik di tingkat menengah atas. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan Rumah Peradaban ini adalah meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap hasil penelitian dan pengembangan arkeologi di wilayah Sulawesi Utara.
Bentuk kegiatan Rumah Peradaban Balai Arkeologi Sulawesi Utara 2019 secara umum berupa :
1. Destinasi Pendidikan;
2. Alat Peraga;
3. Buku Pengayaan.
Kegiatan tersebut di atas dirangkaikan dengan berbagai lomba antar siswa Sekolah Menengah Atas yang ada di lingkungan lokasi Rumah Peradaban.
Kepala Balai Arkeologi Sulawesi Utara (Sulut) Wuri Handoko berharap agar rumah peradaban yang digelar di kompleks Waruga Airmadidi Bawah selain agar Waruga tersebut bisa terus dilsestarikan, juga agar orang bisa terus berkreasi dengannya. Salah satu misalnya dengan pengembangan industri kreatif seperti pembuatan batik motif waruga.
“Nilai-nilai yang mengikut di dalamnya ada sejarah, nilai penting dari warisan budaya itu, selain itu juga ada nilai ekonomi yang sebenarnya bisa diangkat. Itulah yang akan kita kembangkan dari hasil peninggalan waruga yang khas itu. Kekhasan itu bisa diangkat dengan pengembangan ekonomi kreatif misalnya pengembangan batik,” ujar Wuri Handoko, Rabu (18/9/2019)
Nantinya menurut Wuri, jika sudah memiliki branch batik waruga, diharapkan nantinya kelasnya akan sama dengan misalnya batik keris, atau batik semar. Betul-betul itu diangkat dari motif hias yang ada di waruga.
“Itu nilai ekonomi kreatifnya dari inovasi pendayagunaan hasil penelitian arkeologi yang digunakan istilahnya pendayagunaan penelitian arkeologi untuk tujuan pembangunan ekonomi,” kata Wuri.
Untuk itu lanjut Wuri, pencanangan Rumah Peradaban Sulawesi Utara 2019 di Mianahasa Utara merupakan aktualisasi arkeologi untuk pendidikan dan kreativitas. Salah satu kegiatan di dalamnya yakni design motif/ragam hias waruga dengan menggali ide-ide siswa untuk menciptakan kreasi desain motif batik berdasarkan Waruga.
“Bagaimana dia menyusun, membuat komposisi motif hias di dalam template baju itu akan menghasilkan katakanlah 25 desain motif batik yang dihasilkan oleh siswa. Kalau ada katakanlah dua sampai lima yang sangat bagus misalnya, bisa mewakili batik waruga, itu bisa kita patenkan,” jelas Wuri.
Itulah menurut Wuri yang akan dikembangkan, sehingga nantinya kalau ada pertemuan resmi dengan pejabat-pejabat harus pakai batik waruga, buka butik batik waruga, buka toko batik, batik waruga
“Kalau itu semua sudah populer, saya yakin batik waruga akan bersaing atau bisa memposisikan sama dengan batik semar, batik keris. Sama saja batik semar, batik keris punya nilai-nilai sejarah, nilai-nilai peradaban, nilai-nilai luhur, sama juga batik waruga, apa bedanya, inilah yang coba kita kembangkan,” lanjut Wuri.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Minahasa Utara (Minut) Audy F Sambul mengatakan bahwa pihaknya selama ini baru berusaha mengumpulkan waruga-waruga yang tersebar diberapa wilayah dikumpulkan dalam satu tempat agar lebih mudah dalam perawatan, pemeliharaan dan pengawasan.
Untuk itu dirinya sangat berterima kasih dengan adanya rumah peradaban yang melalui kegiatan ini akan menghasilkan motif-motif ataupun gambar-gambar terbaru waruga itu sendiri yang bisa dijadikan sebagai motif batik.
“Selama inikan kita sudah ada motif batik daerah bentenan, mungkin motif waruga ini meski sudah ada namun belum terlalu mendominasi sehingga diharapkan motif-motif waruga ini akan menjadi ikon di minahasa utara,” kata Audy.
Kepala Pusat Penelitian (Kapuslit) Arkeologi Nasional I Made Geria menjelaskan bahwa rumah peradaban merupakan program secara nasional untuk membumikan hasil desain yang dilakukan diberbagai tempat supaya bisa dimaknai oleh masyarakat.
“Kita berkeliling di seluruh Indonesia untuk mengangkat entitas-entitas peradaban termasuk di minahasa utara,” ujar I Made Geria.
Rumah peradaban juga disamping untuk memaknai hasil riset, juga menumbuhkan talenta masyarakat khususnya anak-anak sebagai pilar nantinya penyokong di dalam kebangsaan, memahami budaya dan peradaban serta berkreasi, improvisasi nantinya dari nilai-nilai yang diwarisi oleh leluhurnya.
“Itu yang kita harapkan,” pungkasnya.