Bicara Kekerasan Seksual, Presiden Filipina : Selama Banyak Wanita Cantik, Akan Lebih Banyak Kasus Perkosaan

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte

CYBERSULUT.NET – Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali melontarkan penyataan kontroversial, di mana kali ini terdengar seksis.

Dalam pidatonya pada Kamis 30 Agustus, Duterte membuat lelucon tentang perkosaan dalam sebuah referensi nyata terhadap laporan polisi baru-baru ini, yang mengatakan bahwa kampung halamannya di Davao, di mana ia pernah menjabat sebagai walikota, telah mencatat kasus-kasus kekerasan seksual yang signifikan.

“Mereka mengatakan ada banyak kasus perkosaan di Davao,” kata Duterte.

“Selama ada banyak wanita cantik, akan ada lebih banyak kasus perkosaan,” lanjutnya sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk pada Minggu (2/9/2018).

Presiden Rodrigo Duterte melanjutkan dengan bertanya secara retoris, “Siapa yang setuju untuk melakukannya atas permintaan pertama? Akankah wanita mengizinkannya? Tidak. ‘Jangan, tidak, ahhh.’ Tidak ada yang setuju untuk melakukannya pada percobaan pertama.”

Menurut Rappler, situs berita berbasis di Filipina, sang presiden melanjutkan: “Tidak ada yang setuju untuk melakukannya pada percobaan pertama. Itu pemerkosaan.”

Kelompok-kelompok pemerhati isu wanita di Filipina mengecam pernyataan Duterte, dan juru bicaranya dikutip oleh New York Times mengatakan, “Saya tidak berpikir kita harus memberi terlalu banyak beban pada apa yang dikatakan presiden melalui lelucon.”

“Mereka tidak baik dengan lelucon perkosaan,” katanya, “tapi mari kita katakan bahwa mungkin standar tentang seksisme yang disebut ofensif, dan sebaliknya, faktanya lebih liberal di wilayah selatan (Filipina).”

Berkaitan dengan pernyataan kontroversial di atas, Rodrigo Duterte diketahui pernah melakukan hal serupa pada 2017 lalu. Ia dilaporkan atas candaan bahwa tentara yang bekerja di kawasan darurat militer, disebut bisa memperkosa tiga wanita tanpa menghadapi hukuman.

“Jika Anda telah memperkosa tiga, saya akan memakluminya, katakan pada saya,” katanya, menurut Al Jazeera.

Pada jejak kampanye sebelum ia terpilih sebagai presiden Filipina, Rodrigo Duterte sempat bercanda tentang kasus seorang tahanan misionaris wanita asal Australia, Jacqueline Hamill, yang diperkosa dan dibunuh di penjara kota Davao, dalam kerusuhan pada tahun 1989.

Kala itu, sang presiden masih menjabat sebagai walikota Davao .

“Saya marah karena dia diperkosa, itu satu hal,” katanya. “Tapi dia sangat cantik, seharusnya walikota dulu.”

Ketika Duta Besar Australia untuk Manila Amanda Gorely menanggapi di Twitter bahwa “pemerkosaan dan pembunuhan seharusnya tidak boleh dilontarkan atau diremehkan,” Duterte menyalak kembali.

“Ini politik,” tulisnya. “Tetap jaga jaerak. Tetap di luar pemerintahan Australia. Tetap jaga jarak!”

Dalam komentar lain tentang serangan seksual pada 2017, Duterte sempat berkata bahwa dia tidak suka ketika anak-anak diperkosa tetapi, “Anda dapat mengacaukan banyak hal. Tetapi, mungkin saya akan memberi Anda selamat karena memiliki keberanian untuk memperkosa seseorang ketika Anda tahu akan meninggal karenanya.”

Kontroversi lainnya yang pernah dilontarkan Duterte, termausk menyebut duta besar AS untuk Manila sebagai “putra pelacur gay”, dan mengatakan bahwa Tuhan “bodoh”, di negara yang mayoritas penduduknya penganut Katolik.

Dan ketika putrinya mengatakan dia dilecehkan secara seksual, Duterte justru menyebutnya “ratu drama”, lapor New York Times.

 

 

Sumber : liputan6.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *