Protes Kudeta Militer di Myanmar, Tokyo Jepang Digoyang Demonstrasi

Foto :Reuters

CYBERSULUT.NET – Ribuan orang melakukan aksi turun ke jalan melewati wilayah jantung Kota Tokyo, Jepang, pada Minggu, 14 Februari 2021 untuk memprotes kudeta militer di Myanmar. Demonstran memilih bungkam selama aksi sambil membawa beberapa foto Aung San Suu Kyi, pemimpin de factor Myanmar yang sekarang masih ditahan.

Pengkoordinir aksi jalan tersebut mengklaim ini adalah aksi jalan terbesar di Jepang sampai saat ini dengan diikuti oleh lebih dari 4 ribu orang. Mereka berjalan melintasi area perbelanjaan Shibuya dan Omotesando sambil membawa poster bertuliskan ‘Bantu kami menyelamatkan Myanmar’. Ada juga yang membawa spanduk bertuliskan ‘hentikan kejahatan kemanusiaan’.

Kepolisian Tokyo mengatakan mereka tidak bisa memberikan informasi pasti berapa jumlah demonstran yang ikut aksi tersebut. Aksi jalan itu bersamaan dengan unjuk rasa puluhan ribu masyarakat Myanmar pada Minggu, 14 Februari 2021 atau hari ke-9 unjuk rasa menolak kudeta militer.

Aksi jalan di Tokyo pada Minggu, 14 Februari ini bukan yang pertama kali dilakukan. Ada beberapa demonstran yang sudah melakukannya di Jepang sejak kudeta militer di Myanmar terjadi pada 1 Februari 2021. Umumnya mereka yang melakukannya adalah warga negara Myanmar yang tinggal di Jepang.

Penahanan terhadap Suu Kyi, yang memenangkan pemilu November 2020 lalu, harusnya bakal berakhir pada Senin, 15 Februari 2021. Penahanan terhadap mantan pemenang Nobel bidang perdamaian itu dikecam oleh negara-negara Barat.

Amerika Serikat sudah menjatuhkan beberapa sanksi pada jenderal-jenderal di Myanmar. Beberapa negara sedang mempertimbangkannya, sedangkan Jepang dan beberapa negara Asia lainnya, mungkin belum akan memutuskan hubungan dengan Myanmar mengingat peran penting negara itu di kawasan.

“Ini sangat menyayat hati. Saya ingin pulang ke Myanmar untuk bergabung dengan mereka (demonstran di Myanmar), namun tidak bisa karena situasi (larangan bepergian karena pandemi Covid-19). Sebaliknya, saya bergabung dengan aksi protes di sini. Itu yang bisa saya lakukan,’ kata Thant Zaw Htun, 45 tahun, yang berasal dari Yangon, Myanmar namun bekerja di Tokyo, Jepang.

 

Sumber : Reuters.com / tempo.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *