CYBERSULUT.NET – Acha Septriasa mengungkapkan kekecewaan dan keyakinannya terhadap kepemimpinan Jokowi telah berubah drastis dari percaya penuh di awal hingga kini merasa tidak lagi percaya.
Di Instagram, Acha Septriasa membagikan berita dari media asing mengenai dugaan nepotisme dalam upaya Jokowi membangun dinasti politik. Ia kemudian meluapkan kekecewaannya terhadap kepemimpinan Jokowi yang dianggap mencoreng nama baiknya di akhir masa jabatan.
“Setelah harum ‘katanya’ nama pemimpin kita, berakhir mengenaskan seperti ini,” tulis Acha dikutip dari akun Instagram @septriasaacha, Sabtu (24/8/2024).
“Siapa yang sangka, kekecewaan ini bukan milik yang berseberangan pilihan saja. Tapi yang turut memilih dia pun kecewa,” sambungnya.
Artis 34 tahun tersebut mengkritik berbagai kebijakan pemerintah seperti Undang-Undang Cipta Kerja dan Tapera. Acha juga menilai bahwa Jokowi telah kehilangan arah dalam kepemimpinan.
“Dari Undang-Undang Cipta Kerja, Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), juga perubahan Undang-Undang Pemilihan Umum lewat MK,” jelasnya.
“Sekarang Pemilihan Pemimpin Daerah pun masih belum jelas ujungnya. Keputusan seperti apa yang akan diketok nantinya,” lanjutnya.
Bintang film Heart tersebut juga menandai akun Instagram pribadi Jokowi, @jokowi dan menganggap ayah Kaesang Pangarep itu dikendalikan oleh kekuasaan.
“Apa beliau ini lupa? Apakah kekuasaan benar-benar mengendalikan nafsu manusia segitu parahnya?” tanya Acha.
“Lantas apa yang diinginkan dari semua ini? Kalau mati hanyalah tinggal nama. Apakah ini nama yang Anda akan tinggalkan Pak @jokowi?” tambahnya.
Pemilik nama asli Jelita Septriasa ini menyatakan bahwa kepercayaannya yang semula ada terhadap Jokowi kini telah memudar. Ini karena perbedaan antara apa yang diumumkan di media sosial dan realitas di lapangan.
Ia merasa bahwa apa yang diposting Jokowi sering kali bertentangan dengan situasi sebenarnya dan meragukan kepeduliannya terhadap rakyat.
“Saya mulai merasa, bahwa apa yang bapak posting di platform social media bapak, selalu berbeda dengan keadaan di lapangan. Apa yang bapak inginkan buat rakyat di rapat-rapat dan saat wawancara wartawan, seolah berbeda dengan apa yang bapak sedang rencanakan di Istana,” ungkapnya.
“Apa benar banyak desas-desus ini hanya untuk menyingkirkan ‘Orang Baik’? Dahulu, saya percaya. Sayangnya sekarang tidak lagi,” pungkasnya.