CYBERSULUT.NET-Menyikapi pro dan kontra terkait kelompok Lesbian, Gay, Bisex dan Transgender (LGBT) yang sedang hangat diperbincangkan, OK Shaad menggelar diskusi publik dengan mengangkat topik LGBT dan Pembentukan Identitas-identitas Masyarakat Kota dengan menghadirkan pembicara Lidia Kandowangko yang merupakan Dosen Fakultas Sosiologi Unsrat.
Dalam pemaparannya, Kandowangko mengatakan, LGBT adalah konstruksi orientasi & identitas seksual yang kontradiktif di tengah masyarakat yang didominasi oleh kerangka normatif heteroseks.
“Namun, bila identitas seksual LGBT hanya terjebak dalam perdebatan sebagai bntuk penyakit sosial maka respon masyarakat terhadap kaum LGBT hanyalah berupa stigma dan diskriminasi tanpa melihat latar belakang historis kenapa terbentuknya identitas seksual LGBT dan hilangnya sisi humanis,” tegas perempuan berwajah cantik ini.
Lebih lanjut dia menuturkan, masalah LGBT harus dikaji secara ilmiah agar tidak terbentuk opini publik yang ‘abu-abu’ dan justifikasi sebagai bentuk masalah hormonal, gangguan psikis dan unsur imitatif barat yang kurang mendasar.
“LGBT dalam aspek sosiologis bukan sebuah penyakit sosial menular atau sebuah identitas yang terjadi begitu saja. Tapi terbentuk melalui proses sosialisasi primer dari keluarga maupun sosialisasi sekunder dari kelompok sebaya dan lingkungan sekitar dalam memahami peran gender yang kadangkala tidak sesuai dengan nilai normatif yang diharuskan masyarakat,” tegasnya seraya menambahkan, pola asuh dalam keluarga memegang peranan penting dalam membentuk identitas seksual dan proses identifikasi diri menurut peran gender yang sesuai dan bermaksud menekankan adanya binerisme gender.
“Bila proses sosial tersebut bermasalah dapat berdampak adanya orientasi seksual pada sesama jenis dan ekspresi gender yang bertolak belakang, seperti laki-laki yang feminim atau perempuan yang maskulin,” tuturnya.
Di akhir pembahasan, dirinya berujar di Kota Manado, asumsi publik dan penerimaan sosial mengenai eksistensi kaum LGBT beranekaragam.
“Meski masyarakat kota cenderung terbuka ditengah konstruksi sosial budaya mengenai posisi dan peran gender yang normatif begitu kental. Meski demikian, kaum LGBT adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kapabilitas diri sebagai makhluk personal dan sosial, lebih baik dilakukan penjangkauan dan pemberdayaan bagi kaum LGBT untuk menguatkan sistem sosial masyarakat daripada kita disibukkan dgn aktivitas justifikasi yang kabur dan destruktif,” tutupnya.
Penulis: Anggawirya