CYBERSULUT.NET – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian COVID-19 di balik percepatan wabah peledak India telah ditemukan di puluhan negara di seluruh dunia.
Badan kesehatan PBB itu pada Rabu (12/5) mengatakan, varian B.1.617 dari COVID-19 pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020.
Kini telah terdeteksi di lebih dari 4.500 sampel yang diunggah ke database akses terbuka “dari 44 negara di keenam wilayah WHO”, demikian dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (12/5/2021).
“Dan WHO telah menerima laporan deteksi dari lima negara tambahan,” katanya dalam pembaruan epidemiologi mingguan tentang pandemi.
Di luar India, dikatakan Inggris telah melaporkan jumlah kasus COVID-19 terbesar yang disebabkan oleh varian tersebut.
Awal pekan ini, WHO menyatakan status B.1.617 sebagai “variant of concern” atau varian yang perlu dikhawatirkan.
WHO menjelaskan bahwa B.1.617 ditambahkan ke daftar karena lebih mudah menular daripada virus aslinya, menunjuk pada “peningkatan pesat dalam prevalensi di banyak negara”.
WHO juga menunjukkan “bukti awal” bahwa varian tersebut lebih resisten terhadap pengobatan dengan antibodi monoklonal Bamlanivimab dan juga menyoroti penelitian laboratorium awal yang menunjukkan “pengurangan terbatas dalam netralisasi oleh antibodi”.
WHO mengatakan, penyebaran B.1.617 bersama dengan varian lain yang lebih dapat ditularkan, tampaknya menjadi salah satu dari beberapa faktor yang mendorong lonjakan dramatis India dalam kasus baru dan kematian.
India, negara berpenduduk 1,35 miliar orang adalah yang paling terinfeksi kedua di dunia setelah Amerika Serikat, dengan hampir 23 juta kasus COVID-19 dan saat ini mencatat lebih dari 300.000 kasus baru dan hampir 4.000 kematian setiap hari.
Lonjakan kasus baru telah melanda kota-kota utama, termasuk ibu kota New Delhi dan pusat keuangan Mumbai, mendorong rumah sakit ke titik puncak dan menyebabkan kekurangan oksigen hingga tempat tidur.
“WHO menemukan bahwa kebangkitan dan percepatan penularan COVID-19 di India memiliki beberapa faktor penyebab potensial, termasuk peningkatan proporsi kasus varian SARS-CoV-2 dengan potensi peningkatan penularan,” katanya.
WHO menekankan bahwa sejauh ini, hanya 0,1 persen dari tes COVID-19 positif di India yang telah diurutkan secara genetik dan diunggah ke database GISAID untuk mengidentifikasi varian yang dimaksud.
Pada akhir April 2021, B.1.617.1 dan B.1.617.2 masing-masing menyumbang 21 dan tujuh persen dari semua sampel yang diurutkan dari India, katanya.
Selain itu, varian lain yang lebih menular juga menyebar di negara tersebut, termasuk B.1.1.7, yang pertama kali terdeteksi di Inggris.
Sumber : Liputan6.com