CYBERSULUT.NET – Upaya PT PLN (Persero) untuk bisa melakukan pemerataan listrik di seluruh wilayah Indonesia, terutama di wilayah Papua dan Papua Barat bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi PLN saat ingin mengalirkan listrik ke wilayah timur Indonesia ini.
Direktur Bisnis PLN Wilayah Maluku dan Papua Ahmad Rofiq mengatakan, biaya yang besar harus dikeluarkan PLN untuk bisa menerangi satu rumah di Papua. Tak tanggung-tanggung, biayanya mencapai Rp 200 juta.
“Target kita yang sudah direalisasikan itu 191 desa. Biayanya itu 419 miliar. Coba kalau kita bagi aja deh, 419 dibagi 191, itu satu rumah lebih dari 200 juta,” kata Rofiq saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (21/11/2017)
Tentu biaya ini berbeda jauh dengan kota-kota besar di Pulau Jawa. Rofiq menjelaskan, perbedaan biayanya bisa mencapai 2 hingga 3 kali lipat. “Kalau dibanding Jakarta, jauh. Kita cuma enggak nyampe Rp 1 juta Rp 2 juta,” tutur dia.
Lebih lanjut Rofiq mengatakan, biaya mahal tersebut karena medan terjal dan sulit yang harus dihadapi apabila ingin memasang listrik. Belum lagi satu desa di Papua tidaklah terdiri dari banyak rumah. Sehingga biaya pemasangan akan semakin mahal karena faktor pembagi semakin sedikit.
“Contoh di Nabire ada dua desa. Satu desa itu satunya 40 rumah, satunya 60 rumah. Kalau di Jakarta kan enggak ada, pasti kan ribuan rumah,” jelas Rofiq.
“Sehingga kalau di Papua pembaginya tuh banyak, sehingga biaya menarik dari sistem terdekat kan jadi mahal. Nah itu tantanganya kita,” lanjut dia.
Rofiq menilai, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengucurkan investasi lebih banyak. Langkah ini dipercaya akan bisa membantu PLN untuk mendistribusikan listrik lebih banyak ke desa-desa terpencil yang sulit terjangkau di Papua.
“Sehingga sekarang yang tadi kiat-kiatnya adalah, saya juga sudah bicara dengan Bu Menteri, Bu Rini tadi juga ada Pak Jonan, jadi memang ya tidak bisa tidak harus dialokasikan biaya lebih besar lagi,” pungkas Rofiq.
Sumber : liputan6.com