CYBERSULUT.NET – Brunei Darussalam berhasil menahan nol kasus COVID-19 sejak Mei 2020. Hal itu dikatakan oleh Sultan Brunei Hassanal Bolkiah saat perayaan Ulang Tahunnya pekan lalu. Padahal negara lain masih memerangi pandemi COVID-19 dan menangani dampak negatifnya.
Ternyata kesuksesan Brunei Darussalam menekan kasus COVID-19 tak luput dari berbagai strategi yang dilakukan oleh Sultan Brunei Hassanal Bolkiah. Mengutip East Asia Forum, Sabtu (17/7/2021) seorang peneliti bernama Nadia Azierah Hamdan dan William Case dari University of Nottingham Malaysia menuliskan analisis mengenai strategi Sultan Brunei.
Dalam artikel berjudul Behind Brunei’s COVID-19 Success Story disebutkan sejumlah strategi Sultan Hassanal Bolkiah dalam memerangi pandemi. Strategi pemerintah Brunei dilakukan sejak awal tahun lalu, saat COVID-19 baru menyebar di dunia.
Strategi terkuat yakni alokasi anggaran sebesar BND 15 juta atau US$ 10,5 juta setara Rp 151 miliar (kurs Rp 14.470) untuk memenuhi penganan wabah COVID-19 dan keadaan darurat. Selain itu, kelembagaan atau kebijakan pemerintah digenjot untuk mengefektifkan alokasi anggaran tersebut.
Brunei juga berusaha meningkatkan pelayanan publik dan mempertahankan pendapatan melalui industri minyak dan gas. Dengan begitu Brunei tidak terlalu keropos dibandingkan negara ASEAN lainnya.
“Jika ada, pesan kementerian terfokus pemerintah membuka celah komunikasi baru, dengan acara langsung dilakukan setiap hari di televisi dan melalui media sosial, didukung oleh layanan hotline 24 jam untuk pertanyaan tentang COVID-19,” tulis Nadia Azierah dan Wiliam dikutip dari EAF.
Kemudian, akhir Januari 2020 Brunei Darussalam berani melarang warga negara asing masuk yang sempat membuat China murka atas keputusan itu. Kasus pertama Brunei pun muncul pada 9 Maret 2020. Kasusnya pun langsung melambung 100 kasus dalam 15 hari pertama.
Saat ditelusuri, ternyata kasus itu dipicu oleh jemaah yang kembali dari pertemuan tabligh di Malaysia. Kemudian, saat tahu kasus COVID-19 tinggi, Kementerian Kesehatan Brunei, mengadopsi peraturan World Health Organization (WHO), yakni peraturan jarak sosial dan isolasi diri, serta pelacakan kontak melalui aplikasi Bruhealth Kesultanan yang diikuti oleh sekitar 90% warga.
“Tempat-tempat ibadat dan memang semua tempat pertemuan ditutup, membangkitkan tekad yang sangat teokratis dengan para pejabat yang menangani pandemi,” tulis artikel tersebut.
Sementara itu, untuk menghindari ketidakpatuhan warganya, pemerintah Brunei memberlakukan prosedur denda dan hukuman penjara jika ada yang melanggar aturan pemerintah.
Pada awal Mei 2020, tidak ada infeksi baru yang tercatat di Brunei. Hanya pada November 2020, tercatat sembilan kasus COVID-19 impor baru dan tiga kematian dilaporkan.
Sejak saat itu, Brunei menjadi negara yang mulai membuka kembali ekonominya jauh lebih awal daripada banyak negara yang menderita COVID-19. Meski begitu, warga tetap dilarang melakukan perjalanan internasional.
Tetapi pada bulan Juli, pasar, restoran, dan pusat kebugaran diizinkan beroperasi sepenuhnya, kemudian acara pameran juga dimulai kembali. Bahkan Kamis (15/7), Sultan Brunei Hassanal Bolkiah mengadakan pesta mewah untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-75 tahun.
Dalam acara itu, diundang pula beberapa tamu undangan yang harus divaksinasi COVID-19 sesuai dengan protokol yang baru ditetapkan Kementerian Dalam Negeri Brunei. Pesta ini pun disebut hanya berskala kecil, mengingat risiko kesehatan COVID-19 masih menggentayangi. Padahal tahun lalu acara ini ditiadakan karena COVID-19.
Tidak hanya di dalam istana, ternyata banyak orang berkumpul di luar Istana Brunei Darussalam untuk menyaksikan upacara tersebut. Pemerintah Brunei pun telah menyiapkan ratusan petugas keamanan dan kesehatan untuk memastikan acara berlangsung lancar.
Sumber : detik.com