Manado, CYBERSULUT.NET – Pelayanan pihak Rumah Sakit (RS) khususnya terhadap masyarakat kurang mampu terkesan selalu mendapat perlakuan tidak adil. Hal tersebut dialami suami-istri disabilitas saat membutuhkan pertolongan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Talaud, dimana sang istri melahirkan putra ke-2 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Presiden Jokowi.
Berbagai kesulitan dalam pelayanan hingga ancaman diterima pasangan disabilitas ini, mengharuskan sang suami Pemberian Manumbalang menyurat ke Presiden Jokowi sebagai bentuk dorongan mendapatkan perlakuan pantas dan manusiawi untuk seluruh anak bangsa dalam bingkai keadilan sosial sekalipun itu dari rakyat yang paling jelata.
Berikut curahan hati Pemberian Manumbalang untuk Presiden Jokowi yang dikutip dari akun media sosial (Medsos) Facebook pribadinya, tertanggal 25 Juni 2017 :
Rintihan Rakyat Buat Presiden Joko Widodo dihari yang Fitri..
Kepada Yang Terhormat
Presiden Republik Indonesia
Bapak Joko Widodo
Di-
Jakarta
Salam Hormat Buat Bapak Jokowi yang Budiman.!!!
Sebelum Saya melanjutkan tulisan ini ijinkan saya menceritakan satu peristiwa yang sangat kejam mendera kehidupan kami sebagai masyarakat yang tak berdaya dengan predikat sebagai orang miskin… (maaf bukan pengemis)
Pak Jokowi yang terhormat… peristiwa tragis ini berawal ketika kami masuk Rumah Sakit Umum Daerah di Talaud hanya dengan bekal layanan BPJS dimana kami memahaminya lewat Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang katanya merupakan program unggulan pemerintah yang sangat kesohor.
Kehadiran kami di RSUD Talaud tak lebih hanya untuk minta pertolongan lewat program pemerintah karena Putra kami yang ke-2 yang lahir saat Pak Presiden Jokowi Berulang Tahun pada tanggal 21 Juni 2017 lalu, harus dilewati dengan tindakan operasi.
Kesulitan demi kesulitan kami dapatkan mulai dari pelayanan yang tidak ramah sampai rekayasa obat yang tidak terdaftar dalam BPJS membuat pasien miskin kian tak berdaya dan diperlakukan semena-mena.
Kesulitan yang pertama nyaris membawa petaka dalam kehidupan putraku dimana aku tidak memiliki uang cukup untuk membayar resep obat sehingga tindakan medis hampir tidak dilakukan karena uang yang kumiliki pada saat itu hanya Dua Ratus Ribu Rupiah sementara resep kutebus kurang lebih Dua Juta Rupiah. Untung ada seseorang yang kuanggap saat itu sangat berhati mulia dari Kejari Kep Talaud dengan bersedia membantu meringankan baban itu seraya mengingatkan mereka (para dokter-red) bahwa semua tindakan medis harus menempatkan keselamatan pasien diatas kepentingan apapun dan menyangkut biaya akan ditanggung Pribadi pak Kajari Talaud. Sejenak masalah itu teratasi.
Kesulitanku yang kedua sungguh merobek martabatku sebagai anak bangsa saat dokter mengijinkan kami boleh pulang dengan melalui rawat jalan, saat itu hari minggu tanggal 25 Juni 2017 sekira pukul 15.55 wita, Galang anakku yang masih berumur empat hari dan Istriku sebagai kaum disabilitas sepertiku, yang baru saja dioperasi karena melahirkan Anakku Galang dipaksa harus dijadikan jaminan untuk tetap tinggal dirumah sakit sampai aku bisa melunasi rekening biaya operasi sebesar Dua Juta yang sempat di komunikasikan oleh Pak Kajari Talaud lewat utusannya dan mereka menganggap tak pernah tau tentang hal itu.. Maafkan Aku Pak Kajari bukan aku tak mau lagi menerima bantuanmu tapi hari ini aku akan berusaha sendiri sekalipun harus mendonorkan Ginjalku. Demi martabat dan Putraku Galang, hari ini aku ingin mendonorkan Ginjalku bagian kanan.. (Bagi yang membutuhkan tolong segera hub. 08114326245 atau 082388368833 an. Pemberian Manumbalang)
Mendapatkan perlakuan yang sangat sadis seperti itu aku mencoba meyakinkan mereka bahwa kami tetap akan bertanggung jawab dan saya sebagai seorang ayah dan suami siap menjadi jaminan untuk tetap tinggal dirumah sakit asalkan istri dan anakku bisa pulang. Namun jawaban mereka begitu sinis seraya menguraikan ketentuan rumah sakit bahwa boleh ditahan hanya pasien bahkan yang paling menyakitkan adalah mereka telah memerintahkan Satpam untuk menghalangi agar kami tidak melarikan diri.. Sadis!!!!!! Dan dalam kondisi itu aku tak tau lagi harus berbuat apa, selain air mata kebencian dari anak bangsa yang direnggut martabatnya sontak berteriak… Biadab… Tak Berperikemanusiaan… Bangsat… dan lain sebagainya tak lagi dapat kuingat.. Hari itu, aku tak lagi menemukan diriku sebagai manusia yang begitu mudahnya memahami orang lain..
Malamnya ada mendatangi Istriku dirumah dimana kami berteduh dikawasan Melonguane untuk meminta maaf seraya memberikan tawaran dan ancaman bahwa kalau kasus ini tetap kuteruskan maka mereka akan melaporkanku ke polisi atas pencemaran nama baik atas pernyataanku yang keras demi membela keselamatan dan martabat anakku. Dan buat kalian yang datang kerumah tempat kami berteduh, hari ini kukatakan Bahwa jangankan penjara satu tahun, seratus tahunpun aku siap menjalani bahkan kalaupun sampai nyawaku kalian kehendaki, demi kebenaran dam martabat anakku, aku siap memberikannya untuk kalian dan itu telah dimulai saat aku berani mendonorkan ginjalku.
Dan terakhir aku menjelaskan bahwa tulisan ini tidak bermaksud untuk mengemis belas kasihan siapapun karena keberadaan kami sebagai kaum disabilitas yang sering dibahasakan sebagai kaum penyandang masalah sosial… Sama sekali bukan itu tapi esensi dari tulisan ini adalah dorongan perlakuan pantas dan manusiawi kepada seluruh anak bangsa dalam bingkai keadilan sosial sekalipun itu dari rakyat yang paling jelata. Dan dalam kondisi ini kenapa nama putraku belakangan kusebut Galang Rambu Anarky bukan karena untuk numpang tenar dengan Sang Maestro Iwan Fals tapi dalam napas perjuanganku, mengingatkanku tentang dua hal yaitu Mungkinkan kesulitan Anakku didapatkan karena bertepatan lahir pada saat Hari Ulang Tahun Presiden ataukah karena ketidak Pahaman Petugas Rumah Sakit tersebut terhadap nilai Kemanusiaan.
Hormatku
PEMBERIAN MANUMBALANG
Yang juga lahir dari Penjara Neolib
Editor : Beriel. L