CYBERSULUT.NET – Paus Fransiskus melakukan kunjungan bersejarah ke Uni Emirat Arab (UEA). Ini merupakan kunjungan pertama pemimpin umat Katolik itu ke Semenanjung Arab. Dalam kunjungan itu, Paus bertemu dengan Imam Besar Al Azhar, Mesir, Sheikh Ahmed Al Tayeb.
Dalam kesempatan itu, Ahmed Al Tayeb menyerukan kepada Muslim di Timur Tengah untuk merangkul umat Nasrani. Dia pun mengajak agar jangan lagi memakai istilah minoritas.
“Pesan saya kepada Anda sekalian: “Rangkul saudara saudari Kristen kalian. Mereka adalah saudara kita senegara. Mereka dekat dengan kita. Ada ikatan khusus di antara kita,” pesannya saat berpidato dalam pertemuan tokoh lintas agama di Abu Dhabi Founder’s Memorial sebagaimana dilansir dari BBC, Selasa (5/2).
“Saya lebih suka Anda tidak menggunakan istilah ‘minoritas’,” pesannya kepada umat Kristen di Timur Tengah. “Anda sekalian bukanlah minoritas. Anda adalah warga negara dalam segala hal. Mari kesampingkan isitlah itu. Anda adalah warga negara dengan hak penuh. Ikatan kita melambangkan sebuah batu yang menghancurkan berbagai upaya yang berusaha memecah belah kita,” tegasnya.
Imam besar juga menyerukan kepada Muslim di negara-negara Barat untuk bersatu membentuk komunitas sembari memperkuat identitas mereka dan menghormati hukum setempat. “Jika Anda memiliki masalah karena agama Anda di negara-negara dimana Anda tinggal, Anda harus berbicara kepada pemuka agama setempat dan selesaikan dengan cara itu,” pungkasnya.
Hentikan Perang di Timur Tengah
Sementara itu, Paus Fransiskus mengajak para pemimpin agama menghentikan perang di beberapa negara di Timur Tengah saat menyerukan kebebasan beragama di wilayah mayoritas Muslim.
“Perang tak dapat menciptakan apapun kecuali penderitaan, senjata tak membawa apa-apa kecuali kematian,” katanya saat menghadiri pertemuan lintgas agama dilansir dari Al Jazeera, Selasa (5/2).
“Saya memikirkan khususnya Yaman, Suriah, Irak, dan Libya,” tambahnya.
Paus menyampaikan setiap bentuk kekerasan harus dikutuk tanpa keraguan. “Tak ada kekerasan yang dapat dibenarkan atas nama agama,” tegasnya.
Pertemuan lintas agama itu dihadiri perwakilan dari berbagai agama seperti para imam, mufti, menteri, rabbi, swami, tokoh Zoroaster, dan Sikhs. Seperti diketahui, UEA terlibat dalam perang Yaman, Suriah dan Libya. Paus berkunjung selama tiga hari di negara tersebut. PBB menyebut Yaman mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Ini dipicu intervensi Arab Saudi, UEA dan sekutunya di tengah perang antara pemerintah melawan pemberontak Houthi. Lebih dari 10 juta penduduk saat ini terancam kelaparan.
Paus Fransiskus mengatakan konsekuensi perang di Yaman dan negaranya lainnya di Timur Tengah berada di depan mata kita. Dia mengingatkan masa depan kemanusiaan sedang dipertaruhkan, kecuali semua agama bersatu menentang “logika kekuatan bersenjata, mempersenjatai perbatasan, membangun tembok perbatasan”.
“Tak ada pilihan: apakah kita akan membangun masa depan bersama atau tak akan ada masa depan,” jelasnya.
Dia juga menyerukan kesetaraan umat beragama di wilayah itu. “Saya menantikan masyarakat di mana orang-orang dengan keyakinan berbeda memiliki hak kewarganegaraan yang sama dan kekerasan dalam bentuk apa pun dihapus,” katanya.
Di akhir pertemuan, Paus dan Sheikh Ahmed Al Tayeb menandatangani pernyataan bersama tentang “persaudaraan kemanusiaan” dan harapan mereka untuk perdamaian dunia. Mereka kemudian meletakkan landasan bagi gereja dan masjid baru untuk dibangun berdampingan di ibukota UEA, Abu Dhabi.
Dokumen pernyataan bersama itu ditujukan kepada “semua korban perang, penganiayaan dan ketidakadilan; dan mereka yang disiksa di bagian dunia mana pun, tanpa perbedaan”. Isinya juga mengecam “tanda-tanda modern dari ‘perang dunia ketiga yang dilakukan secara perlahan'”.
“Kami dengan tegas menyatakan bahwa agama tidak boleh membangkitkan perang, sikap penuh kebencian, permusuhan dan ekstremisme, juga tidak boleh membangkitkan kekerasan atau penumpahan darah.”
Disebutkan juga dalam dokumen itu bahwa setiap negara memiliki kewajiban membangun konsep “kewarganegaraan penuh”. UEA sangat bergantung pada pekerja asing yang tidak memiliki jalur menuju naturalisasi.
Kelompok advokasi Pemantau HAM (HRW) telah mendesak Paus memanfaatkan kunjungannya ke UEA untuk menyoroti pelanggaran yang diduga dilakukan di negara Teluk. HRW bersurat kepada Paus Fransiskus sebelum kunjungan ini dan menyerukan Paus untuk memimpin tekanan internasional untuk meminta pertanggungjawaban pemimpin UEA.
“Terlepas dari pernyataannya tentang toleransi, pemerintah UEA tidak menunjukkan keinginan nyata untuk memperbaiki catatan hak asasi manusianya,” kata HRW.
Pengawas yang bermarkas di New York itu mengatakan pemerintah UEA telah menargetkan para kritikus, pembangkang politik dan aktivis hak asasi manusia dengan penahanan sewenang-wenang dan penghilangan paksa. Paus dijadwalkan mengadakan misa terbuka pada Selasa untuk 135.000 umat Katolik dari sekitar 1 juta penduduk negara Muslim di negara itu. Misa terbuka ini akan dilaksanakan di Stadion Zayed Sport City.
Sumber : merdeka.com