
CYBERSULUT.NET – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memantau kondisi di Sulawesi Utara (Sulut). Mereka pun siap menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) jika masih terdapat potensi cuaca ekstrem 1 hingga 2 minggu ke depan.
“Apakah sampai 1-2 minggu ke depan, itu masih ada potensi cuaca ekstrem, kalau masih ada, kalau BMKG menyebutkan masih ada potensi cuaca ekstrem sampai, misalkan, puncak musim hujan di terlewati, maka Kepala BNPB kemarin sudah menyampaikan, ‘oke kita akan lakukan modifikasi cuaca’,” kata Pelaksana tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Senin (30/1) malam.
Cuaca ekstrem di Sulut menjadi perhatian, menyusul banjir dan longsor yang terjadi di wilayah itu, seperti di Manado pada Jumat (27/1). Sekurangnya satu orang meninggal dunia dalam peristiwa itu.
Abdul mengatakan, BNPB berkoordinasi dengan BMKG untuk melihat lagi potensi hujan di daerah hulu, khususnya di sekitar Danau Tondano dan di tengah DAS Danau Tondano. Sebelum hujan dengan intensitas tinggi turun di kawasan hulu, yang akan mengakibatkan debit air tinggi sangat tinggi di hulu, hujan akan dijatuhkan terlebih dahulu.
“Untuk fase yang 300 mm sudah lewat, tetapi dari BMKG Sulawesi Utara menyampaikan masih ada potensi itu di 1-2 minggu ke depan. Kita siagakan, kebetulan kita baru menyelesaikan operasi TMC di Sulawesi Selatan, kita masih punya unit operasional kita di sana, mungkin kita gerakkan ke Manado,” ujar Abdul seperti dilansir Antara.
Melihat situasi dari tanggal 26 Januari, curah sempat naik tinggi sekali, per jamnya sampai 120 mm, dan awan hujannya itu sangat pekat sehingga ini menyebabkan intensitas hujan sangat tinggi.
“Jadi ini yang kemudian pada fase misalkan sebelum pekat seperti ini, kita semai dengan garam. Sehingga hujannya sudah turun duluan,” katanya.
BNPB juga mencatat adanya perubahan alih fungsi lahan pada daerah aliran sungai (DAS) di Manado.
“Enam sungai yang mengalir di kota Manado kita lihat ada perubahan alih fungsi lahan yang cukup signifikan sebenarnya,” ujar Abdul.
Melalui citra satelit yang dipaparkan, pada 2005 DAS Manado masih tampak hijau. Perubahan signifikan alih fungsi lahan terlihat di rentang tahun 2010-2015.
Sebelumnya, BNPB menyampaikan bahwa bencana banjir dan tanah longsor di Kota Manado, Jumat (27/1) pagi menyebabkan satu orang meninggal.
“Satu warga meninggal dunia dan puluhan keluarga terdampak,” kata Abdul Muhari.
Abdul mengatakan bahwa hujan lebat menyebabkan air Sungai Tondano meluap dan membanjiri daerah di sekitarnya. Menurut data BNPB, banjir menyebabkan permukiman warga tergenang setinggi 80 cm hingga tiga meter di bagian wilayah Kecamatan Paal Dua, Tuminting, Sario, Wenang, dan Singkil di Kota Manado.
“Titik-titik longsor teridentifikasi di Kecamatan Paal Dua, Singkil, Tikala, Bunaken, Wanea, dan Tuminting,” jelas Abdul.